Metode Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan


Metode Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan penelitian. Metode ilmiah juga dapat diartikan sebagai proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Penggunaan metode ilmiah, yang telah ditetapkan standar bakunya, perlu diterapkan dalam sebuah penelitian agar gagasan yang disampaikan dapat diterima oleh banyak kalangan.

Sikap Ilmiah dalam Metode Ilmiah


Terdapat 6 (enam) sikap ilmiah dalam metode ilmiah. Keenam sikap ilmiah tersebut dapat disimak pada uraian di bawah.
1) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan berkemampuan belajar yang besar.
Rasa ingin tahu menjadi awal dari ditemukan sebuah hukum ilmiah, rumus, atau zat kimia baru. Melalui rasa ingin tahu yang tinggi dan berkemampuan belajar yang besar, seorang peneliti mampu menghasilkan karya. Rasa ingin tahu akan suatu hal akan mendorong seseorang untuk melakukan sebuah penelitian.
2) Jujur
Sikap ilmiah dalam metode ilmiah kedua yang akan dibahas adalah jujur. Sikap ilmiah jujur yang dimaksud di sini adalah lebih mementingkan objektivitas daripada subjektivitas. Jujur dalam melakukan proses metode ilmiah dan jujur dengan hasil yang diperoleh dari sebuah penelitian.
3) Terbuka
Sikap ilmiah yang ketiga adalah terbuka. Terbuka untuk menerima masukan dan ilmu baru. Sikap terbuka memungkinkan seorang peneliti untuk menemukan hal baru dalam sebuah penelitian yang dilakukannya.
4) Toleran
Toleran juga menjadi salah satu sikap ilmiah dalam metode ilmiah. Toleran artinya menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat sendiri. Sikap toleran diperlukan agar menghasilkan hasil penelitian yang baik.
5) Optimis
Menghasilkan sebuah penelitian yang baik bukan merupakan hal yang mudah. Optimis dapat juga diartikan sebagai pantang menyerah. Sehingga, sikap optimis merupakan sikap ilmiah yang cukup penting. Karena, dalam sebuah penelitian tidak selalu langsung berhasil, terkadang seorang ilmuwan mengalami beberapa kali kegagalan. Sikap optimis akan berhasil diperlukan untuk menghasilkan sebuah hasil yang baik dalam sebuah penelitian.
6) Pemberani
Sikap ilmiah pemberani juga dibutuhkan dalam metode ilmiah. Berani melakukan hal yang ditakutkan. Karena, dalam penelitian, seorang peneliti harus melakukan hal-hal yang tidak disukainya.
Metode ilmiah merupakan salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Metode ilmiah dianggap merupakan metode terbaik untuk mendapatkan pengetahuan karena metode ini menggunakan pendekatan yang sistematis, objektif, terkontrol, dan dapat diuji, yang dilakukan melalui metode induktif maupun deduktif.

Menurut Shaugnessy dan Zechmeister (dalam Liche Seniati, dkk, 2005:10) Metode Ilmiah terdiri dari tahap empiris, teori yang jelas, operasional dan spesifik, dapat dibuktikan, sistematis, alat ukur disesuaikan, perhatian terhadap validitas dan reliabilitas, objektif, sikap peneliti yang cenderung kritis dan mencari pembuktian, dan dapat diulang.

1. Empiris 

Empiris menekankan bahwa setiap pernyataan harus dapat dibuktikan. Artinya, suatu penjelasan dianggap benar jika sesuai dengan pengalaman atau observasi. Secara sederhana, empirisme akan selalu sesuai dengan kenyataan karena kenyataan selalu dapat dialami dan diobservasi. Misalnya pernyataan ”Langit Mendung Sebentar Lagi Akan Hujan”. Pernyataan ini didasarkan pada pengalaman terdahulu yang dapat diobservasi atau dialami semua orang.

2. Teori yang jelas, operasional dan spesifik

Teori yang jelas, operasional dan spesifik artinya bahwa teori-teori yang digunakan haruslah jelas, operasional (dapat diukur) dan spesifik. Misalnya motivasi yang didefinisikan oleh Robbins sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seseorang untuk mencapai tujuannya. Selanjutnya, motivasi ini dioperasionalisasi ke dalam lima dimensi (misalnya : kerja keras, orientasi masa depan, tingkat cita-cita tinggi, ketekunan, usaha untuk maju). Dari lima dimensi ini kemudian dijelaskan lagi secara spesifik dalam bentuk indikator.


3. Hipotesis yang dapat dibuktikan 

Hipotesis yang dapat dibuktikan artinya hipotesis (dugaan sementara) yang diajukan oleh peneliti harus dapat dibuktikan melalui suatu pengujian hipotesis yang metode / teknik nya disesuaikan dengan jenis penelitian, jenis data, dan berbagai aturan dalam pengujian hipotesis ilmiah. 

4. Observasi yang terkontrol 

Observasi yang terkontrol artinya setiap tindakan observasi yang dilakukan terkontrol secara ketat dan sistematis. Misalnya penelitian tentang pengaruh motivasi terhadap hasil belajar. Adanya kontrol yang ketat ini untuk meminimalisir pengaruh variabel lain (misalnya : Inteligensia) dengan cara memperhatikan homogenitas subjek penelitian atau subjek diambil dengan karakteristik yang relatif homogen baik dalam hal IQ, Usia, dll.

5. Alat ukur atau instrumen yang digunakan haruslah tepat

Alat ukur atau instrumen yang digunakan haruslah tepat Misalnya untuk mengukur motivasi belajar maka instrumen yang digunakan dapat berupa angket atau lembar observasi, dll.

6. Perhatian terhadap validitas dan reliabilitas

Perhatian terhadap validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian ilmiah, validitas dan reliabitas merupakan pra-syarat penelitian. Salah satu penelitian yang mengalami kritikan karena aspek validitas dan reliabitas ini adalah penelitian mengenai Emotional Quotient oleh Goleman. Salah satu ahli yang mengkritiknya adalah Stolzt (penggagas teori AQ / Adversity Quotient) yang menganggap bahwa EQ tidak didasarkan pada standar pengukuran yang valid dan metode yang jelas untuk mengukurnya.


7. Bersikap kritis, skeptis dan mencari pembuktian

Bersikap kritis, skeptis dan mencari pembuktian. Dari sisi peneliti, sikap kritis, skeptis dan mencari pembuktian merupakan salah satu orientasi penelitian ilmiah. Artinya, seorang peneliti tidak boleh menerima begitu saja penjelasan dari hasil penelitian orang lain dan tetap mengembangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dengan demikian, metode ilmiah selalu terbuka untuk menerima pendapat yang berbeda dan setiap pendapat terbuka untuk diuji ulang. (seperti keraguan Stolzt pada poin 6 di atas).


Sumber : 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nilai Sosial dan Budaya pada film "Laskar Pelangi"

Pendidikan Pancasila : Bagaimana Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia?

Perkembangan Pemikiran Manusia dan contohnya (Tahap Teologi /Mitos, Tahap Filsafat dan Tahap positif / Tahap Ilmu)