Nilai Sosial dan Budaya pada film "Laskar Pelangi"



                                                  MAYADIKA SUKMA NIRMALA (10519016)
                

Nilai Sosial dan Budaya pada film "Laskar Pelangi"

                                                             


Laskar Pelangi merupakan salah satu karya imajinatif yang berisi tentang kehidupan manusia. Film ini menceritkan tentang kehidupan sepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah di sebuah sekolah Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Anak-anak tersebut adalah Ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani dan Harun. Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas I SD sampai kelas IX SMP. Mereka menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Laskar Pelangi adalah sebuah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005.           

Dilihat dari segi penceritaanya, Laskar Pelangi merupakan sebuah film yang diangkat dari sebuah novel yang mampu mengangkat citra pendidikan khususnya bangsa Indonesia yang belum baik di tengah kehidupan masyarakat modern saat ini. Demikian pula halnya dengan film Laskar Pelangi karya Andrea Hirata tidak akan lepas dari nilai-nilai sosial kehidupan masyarakat film tersebut dibuat yaitu masyarakat Belitong (Bangka Belitung). Alur cerita novel Laskar Pelangi sangat inspiratif  mampu mengobarkan semangat mereka yang selalu dirudung kesulitan dalam menjalani blantika pendidikan di mana tokoh-tokoh di dalamnya adalah manusia sederhana, jujur, sabar, gigih, penuh dedikasi, ulet, tawakal dan takwa yang dituturkan secara indah.             

Film Laskar Pelangi menampilkan tokoh anak-anak sekolah yang serba kekurangan tetapi memiliki sumber inspirasi kuat terjelma pada gurugurunya. Inspirasi ini menjadi motivasi membentuk pribadi yang mandiri dan menjadi sarana mencapai cita-citanya. Film Laskar Pelangi menceritakan sosial kehidupan masyarakat yang heterogen mengandung nilai didik sehingga dapat bersikap dan dapat menentukan jalan hidupnya sendiri serta mendorong untuk menumbuhkan rasa sosial yang tinggi yang dapat diterapkan danterjadi di kehidupan nyata.           

Nilai sosial dalam film Laskar Pelangi mengajak penonton agar sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil temuan tentang nilai sosial yang terdapat dalam film Laskar Pelangi yaitu; sosial pendidikan sekolah Muhammadiyah, sosial pendidikan sekolah PN Timah, sosial masyarakat kelas atas, dan sosial masyarakat kelas bawah.           

Nilai budaya memuat tentang keseharian tokoh-tokoh cerita film Laskar Pelangi dan warga Belitong, kemudian juga tentang beragam etnis dan kegiatan kebudayaan yang ada di Belitong, budaya berolahraga bulutangkis, serta budaya disiplin warga dan sekolah SD Muhammadiyah Belitong. Budaya Belitong sudah mengakar dihati Andrea Hirata tidak lekang dimakan zaman. Berbagai budaya yang dijumpai dalam perjalanan hidupnya justru semakin memantri budaya dirinya menjadi lebih lekat.        

Budaya Belitung sebenarnya identik dengan budaya Melayu yang berupa agama, bahasa, dan adat-istiadat. Budaya sangat kental dalam Laskar Pelangi adalah yang berhubungan dengan agama. Agama Isam sangat lekat dengan masyarakat Belitung secara umum. Pengaruh ini terasa dan senantiasa muncul sebagai ucapan rasa syukur. Kata “subbhanallah” ucapan yang disampaikan Ibu Muslimah. Ucapan syukur yang digambarkan oleh Andrea Hirata ini sekaligus sebagai perwujudan budaya yang melekat di Belitung.          

Walaupun masyarakat sudah mengenal Agama akan tetapi budaya adat-istiadat yang berkaitan dengan perdukunan dan kepercayaan pun masih ada. Bukan berarti mereka tidak mengenal Agama tetapi budaya dan agama ini terintegrasi. Munculnya nama Bodenga, salah satu tokoh rekaan tak lain sebagai menifestasiadanya kepercayaan masyarakat yang erat hubungannya dengan keyakinan di luar keagamaan. 

Tokoh Bodenga yang dalam budaya setempat diyakini mempunyai ilmu buaya yang tinggi. Tokoh ini dianggap merupakan keturunan dukun buaya. Berdasarkan kisah ini Andrea berusaha untuk menyadarkan bahwa kepercayaan masyarakat tidak akan begitu saja hilang ditelan zaman. Di sisi lain ia pun menyadarkan bahwa sebenarnya tidak ada yang layak disembah selain Tuhan.       

Tak dapat dipungkiri masuknya bangsa Cina dari daratan Cina ke Belitung pada abad 19 juga telah mengubah tatanan ekonomi dan budaya Belitung secara keseluruhan. Salah satu tradisi Belitung yang tidak lepas dengan budaya Cina adalah Sembahyang Rebut. Sembahyang Rebut ini memang diadakan oleh orang-orang keturunan Cina di Belitung. Acara ini sebenarnya merupakan acara keagamaan orang-orang Cina yang beragama Kong Hu Chu. Namun demikian,acara ini tidak semata menjadi milik para kaum keturunan tetapi akhirnya menjadi arena berkumpulnya beberapa etnis yang ada di Belitung.         

Laskar Pelangi telah menggambarkan
Dengan gamblang, perpaduan budaya yang berkembang di Belitung. Perpaduan budaya setempat, budaya Islam, dan budaya Cina telah menjadi kekayaan tersendiri bagi masyarakat Belitung pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.   

Andrea Hirata tidak sekadar bercerita tentang persahabatan 10 anak Belitung yang tumbuh dalam budaya yang sama dan disatukan dalam Sekolah Muhammadiyah yang sederhana. Kesenjangan pendidikan yang memang sangat mencolok di berbagai belahan tanah air ini juga menjadi penekanan.           

Kekuatan pribadi sosok guru dengan kesederhaannya yang disanjung dan dibanggakan oleh Ikal tokoh utama yang pantang menyerah dalam cerita ini. Budaya pantang menyerah tokoh utama cerita ini diharapkan mampu menjadi inspirasi kita. Pengalaman dan perjalanan hidup Andrea Hirata dan kisah Laskar Pelangi ternyata mampu mengaktualisasikan Budaya Melayu dan Budaya Belitung menjadi lebih kasat mata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Pancasila : Bagaimana Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia?

Perkembangan Pemikiran Manusia dan contohnya (Tahap Teologi /Mitos, Tahap Filsafat dan Tahap positif / Tahap Ilmu)